Kau tau,
Kata ibu, negaraku Negara hukum
Itu juga dongeng keseharian di bangku sekolah dasarku dulu
Jadi kau jangan pura-pura tak paham tentang hukum negaraku
Karena itu sudah kesepakatan kita bersama
Setelah kau curi oleh-oleh ibu dari pasar
Kemudian kau bersembunyi di celah-celah lubang rumahku
Bukankah kau telah diberi jatah makan oleh Tuhan selain milikku
Kau ini makhluk Tuhan yang serakah
Dasar tikus keparat
Kau tau hukuman nyamuk yang hanya menghisap setetes darahku
Ia akan ku tepak dan mati
Awas saja jika esok aku yang mengurusi kasu-kasus kelicikanmu itu
Aku tak akan memberimu ampun untuk hidup tertawa di atas kelaparanku
Aku akan mencekik leher dan melemparmu kejalanan
Demi tegaknya hukum di negaraku
Agar kau tak mudah menyepelekan hukum-hukum dan janji yang membusa di mulut busukmu
Robitul Wafa, 13 Desember 2009
SELAMAT DATANG PARA PECINTA SENI DAN SASTRA
hidupkan dunia Seni dan Sastra dalam jiwamu OX ! ?
Selasa, 15 Desember 2009
Nyanyian Jerami-jerami keriput
Cerita ini bukan hanya kudengar dalam lirik nyanyian-nyanyian jerami keriput itu
Tapi kulihat sendiri dengan mata kesadaran
Di antara rukuk-rukuk jerami penopang kehidupan
Di tengah kubangan-kubangan lumpur yang lunak dan menjijikkan
Para petani itu memanggang punggung telanjang dada
Memeras sisa-sisa keringat hari kemarin di bawah sengat sang surya
Menanam kaki di depan mulut lubang-lubang ular berbisa
Dan kita yang akhirnya menikmati hasilnya
Seharusnya mereka yang lebih kaya
Dibanding para cukong yang hanya duduk santai berselimut asap cerutu
Seharusnya mereka penunggang merci buatan Itali
Dan menikmati secangkir kopi dengan sang istri sambil menonton acara televise
Tapi mengapa sampai akhir usia
Cangkul berkarat itu masih bertengger di atas bahu
Dan hanya jerami-jerami keriput itu yang mampu menyanyikan bait-bait syair tentangnya
Robitul Wafa, 13 Desembar 2009
Tapi kulihat sendiri dengan mata kesadaran
Di antara rukuk-rukuk jerami penopang kehidupan
Di tengah kubangan-kubangan lumpur yang lunak dan menjijikkan
Para petani itu memanggang punggung telanjang dada
Memeras sisa-sisa keringat hari kemarin di bawah sengat sang surya
Menanam kaki di depan mulut lubang-lubang ular berbisa
Dan kita yang akhirnya menikmati hasilnya
Seharusnya mereka yang lebih kaya
Dibanding para cukong yang hanya duduk santai berselimut asap cerutu
Seharusnya mereka penunggang merci buatan Itali
Dan menikmati secangkir kopi dengan sang istri sambil menonton acara televise
Tapi mengapa sampai akhir usia
Cangkul berkarat itu masih bertengger di atas bahu
Dan hanya jerami-jerami keriput itu yang mampu menyanyikan bait-bait syair tentangnya
Robitul Wafa, 13 Desembar 2009
Langganan:
Postingan (Atom)