SELAMAT DATANG PARA PECINTA SENI DAN SASTRA

hidupkan dunia Seni dan Sastra dalam jiwamu OX ! ?

Senin, 14 November 2011

Sajak Isyarat

Sajakku ini tak sedang berkisah tentang percintaan Arjuna dan Srikandi,
Tidak juga tentang berkobarnya peperangan brathayuda,
Agar lain kali saja aku bercerita tentang mereka.

Hanya Sepenggal isyarat pada Adam dan Hawa yang masih sering aku lupa,
“Wa Laa Taqrabaa Haadzihissyajarah ...”
“ Hanya sebatang pohon berbuah khuldi saja ternyata”, kataku pada mereka kali itu.
“Bukan”. Jawabmu menentang kesimpulanku.
“ini soal kepatuhan pada peraturan Tuhan”. Kau menjelaskannya dengan menggebu-gebu.
“kau memang benar”.

Dan betapa Ya Tuhan ...
Pepohonan - pepohonan itu kini sudah menjadi hutan belantara buah Khuldi.
Tumbuh menjalar pada setiap perbukitan yang subur,
Dan kurasa telah membungkus semak perdu keimananku pada-Mu.

Kusaksikan dimana-dimana,
Buah-buah itu telah menjelma menjadi apa saja.
Dapat kami beli dimana-mana,
Bahkan aku sendiri tak dapat membedakan wujud asalnya.

Yogyakarta, 28 Oktober 2011

Mari Mengelabuhi Waktu

Mari ikut aku mengelabuhi waktu,
Dengan nada dan nyanyian yang dapat kita buat seadanya,
Sebab aku yakin waktu tak sedang berputar
dan tak akan pernah kembali untuk menuntut perlakuan kita padanya,
karena waktu telah memilih untuk berjalan sembari menginjak-injak tengkuk kita semaunya.

Sudah terlalu lama busung dan otak kita tertekan dibuatnya,
Harus bangun pagi dan tidur sebelum malam beranjak tiba,
Sampai akhirnya kita lupa bahwa kita ini manusia,
Bukan mesin yang harus terus menerus untuk berkerja,
Rehatlah sejenak saja...

Tak ada yang harus dirisaukan tentang hari tua,
Lambat laun pasti ia akan datang juga.
Dan Aku katakan padamu sekali lagi,
“waktu tak pernah berputar pada porosnya,
tapi ia hanya sedang berjalan dalam lorong keangkuhannya

Yogyakarta, 28 Oktober 2011

Sajak Anak Jalanan

Di sepanjang pembatas jalan kusaksikan berderet wajah-wajah kuyu
Wajah-wajah yang yang menjelma bagai rambu-rambu
Wajah yang tersenyum layu hingga menangis tersedu-sedu
Itu kah aku ?

Mereka semaunya mencoreng wajahku dengan mulut-mulut kotor
Mengabaikan adaku diantara mereka
Seperti onggokan-onggokan sampah yang terjepit diselokan
Dan dilumuri lumpur-lumpur comberan sekeliling kota

Mereka terlampau angkuh meletakkan diri sendiri
Merasa seumpama raja diraja dalam kecamuk kekuasaan
Padahal merekalah budak-budak yang terbelenggu oleh ketakutan
Sebab telaga kehinaan telah menunggu nasib-nasib mereka bermuara di sana.
Yogyakarta, 27 Juli 2011